Minggu, 01 Juni 2008

ENDOMETRIOSIS jhr


Daging Dapat Timbulkan Endometriosis

Wanita yang mengkonsumsi daging merah lebih dari tujuh kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko untuk menderita endometriosis. Dan wanita yang mengkonsumsi daging setiap hari akan dua kali lipat lebih besar kemungkinannya menderita endometriosis dibanding dengan wanita yang mengkonsumsi hanya sedikit daging dan lebih banyak makan sayuran dan buah-buahan.
Penelitian ini dilakukan di Italia, dengan melakukan interview terhadap 500 wanita yang menderita endometriosis dan 500 wanita sehat, dengan usia dan latar belakang yang sama. Para wanita ini diberi pertanyaan-pertanyaan mengenai makanan yang mereka konsumsi tahun lalu, termasuk juga berapa sering dan berapa banyak mereka mengkonsumsi daging, susu, hati, wortel, sayuran hijau, buah-buahan segar, telur, daging ham, ikan dan keju, juga termasuk berapa banyak konsumsi alkohol dan kafein.
Semua jenis makanan ini dilihat porsi yang mereka makan dari tiap jenis makanan tersebut setiap minggunya dan masuk dalam kategori jumlah rendah, sedang atau tinggi. Ternyata wanita yang mengkonsumsi daging dengan kategori jumlah terbanyak (daging sapi, daging merah lainnya dan daging ham), meningkat risikonya 80 hingga 100% untuk menderita endometriosis. Dibanding dengan wanita yang mengkonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar, risiko untuk menderita endometriosis hanya sekitar 40%.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada dalam rahim, dapat ditemukan di bagian lain dalam tubuh. Keadaan ini menimbulkan rasa nyeri, terutama pada saat haid dan dapat menyebabkan infertilitas (mandul).
Endometriosis adalah penyakit yang berkaitan dengan hormon estrogen dalam darah. Makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti kacang kedelai, sayuran hijau dan kacang-kacangan, dapat menurungkan tingkat sirkulasi dari estrogen dalam darah dan tampaknya akan melindungi kita dari penyakit-penyakit seperti endometriosis dan kanker indung telur. Sedang makanan yang tinggi akan lemak jenuh akan meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah.

Sumber:Jurnal Human Reproduction

Tidak ada komentar: