GATRA.com - Dokter spesialis kandungan, dr Aswin W. Sastrowardoyo,SpOG mengatakan, nyeri haid yang menyertai menstruasi akibat kelainan endometriosis yang dapat menyebabkan kesulitan hamil dapat disembuhkan dengan `laparoskopi` atau operasi menggunakan teropong dan pembakaran `kauter` atau listrik.
Aswin di Samarinda, Selasa mengatakan, nyeri seperti tusukan pada perut yang dirasakan wanita sebelum dan setelah masa menstruasi berlangsung, terjadi akibat letak lapisan endometriosis atau lapisan haid yang seharusnya berada di dinding terdalam rahim berada di luar rahim.
"Endometriosis yang seharusnya berada di dinding rahim justru berada di tempat yang salah, yaitu pada otot rahim, indung telur, dinding panggul, bahkan lebih jauh lagi bisa mencapai paru-paru dan otak," katanya.
Ia menjelaskan, pada saat menstruasi, lapisan endometriosis di rahim akan ke luar menjadi darah, kelenjar dan pembuluh darah atau disebut darah kotor, demikian juga endometriosis yang berada di tempat yang salah.
Endometriosis yang berada di rahim, lanjutnya, dapat dikeluarkan langsung dari rahim, sedangkan darah, kelenjar dan pembuluh darah yang dikeluarkan oleh endometriosis di luar rahim, misalnya di indung telur, akan menyebabkan darah mengumpul di tempat yang salah, bahkan membentuk benjolan berisi cairan darah haid atau `kista coklat`.
Ia mencontohkan, darah haid yang dikeluarkan endometriosis yang terdapat di paru-paru menyebabkan batuk disertai darah, di otak menyebabkan sakit kepala, di usus menyebabkan darah ke luar bersama kotoran sisa makanan dan endometriosis di otak menyebabkan pasien akan sering mengalami sakit kepala.
Aswin mengatakan, tubuh akan merespon darah haid tersebut sebagai zat asing dan membentuk antibodi yang terdiri atas sel darah putih untuk memerangi dan melindungi tubuh dari zat asing yang direspon sebagai kuman tersebut.
Akibatnya, tambahnya, akan terjadi pelengketan kuat, terjadi bercak coklat akibat darah haid, bahkan akan terbentuk kista coklat pada indung telur yang dapat menyebabkan saluran telur buntu sehingga sperma tidak bisa masuk.
Laparotomi
"Selain `laparoskopi` dengan membakar mengunakan listrik atau mengangkat kista coklat, cara lain yang dapat dilakukan untuk membuang selaput akibat pelengketan sel darah putih ke indung telur atau menghilangkan kista coklat adalah `laparotomi` atau operasi dengan pembedahan di perut," kata dr Aswin.
Guna mengantisipasi tumbuhnya endometriosis di tempat yang salah, katanya, setelah operasi, dokter akan merekomdasikan sejumlah obat berupa pil atau tablet untuk dikonsumsi dan obat berupa cairan yang harus disuntikkan yang diberikan selama tiga sampai enam bulan.
Ia menambahkan, selama masa pengobatan tersebut pasien jangan panik karena masa haid pasien akan berkurang bahkan berhenti.
Sering ditemukan
Menurut dr Aswin, kasus nyeri haid endometriosis sudah ada sejak dulu, namun saat ini kasus tersebut lebih sering ditemukan. Angka kejadian sulit dipastikan karena awalnya penyakit ini terjadi tanpa gejala atau umumnya pasien mengira nyeri haid yang dialaminya adalah sesuatu yang wajar.
"Mungkin kencederungan menunda kelahiran atau
Dengan adanya kehamilan, katanya, wanita tidak mengalami masa menstruasi karena pada rahim tidak terbentuk endometriosis sehingga kasus tersebut dapat berkurang bahkan hilang.
Dikemukakan, keluarga yang memiliki bakat endometriosis kemungkinan besar akan terjadi pada anak perempuan generasi berikutnya.
"Sedangkan endometriosis yang menyerang salah seorang anak `kembar indung telur` atau memiliki wajah sama persis, maka saudara kembarnya yang lain akan mengalami kemungkinan terserang gejala yang sama sekitar 75 persen," demikian dr Aswin.
PUTIK MERAH JAMBU
untuk kemuliaan para perempuan dan kehidupan
Rabu, 28 September 2011
Sulit Hamil Akibat Nyeri Haid
Perempuan dan Kemiskinan di Bangladesh
Sejak abad ke-12 hingga 13,
Dari 132 juta penduduk, 90% populasi
Di sebagian masyarakat Bangladesh, perempuan sering dianjurkan untuk memulai keluarga pada usia muda (pernikahan dini), sehingga proporsi perempuan yang melahirkan anak pada usia 18 tahun di Bangladesh adalah 50% dari total jumlah perempuan produktif di Bangladesh. Jika dibandingkan dengan negara di Amerika Latin dan Karibia, jumlah perempuan yang melahirkan di dua negara tersebut hanya sekitar 12-28% perempuan dari total jumlah perempuan. Anjuran ini pula yang membuat perempuan
Berawal dari kepercayaan kepada orang miskin
Apakah orang miskin dapat dipercaya? Bukankah akibat terdesak akan kemiskinannya, mereka akan mudah “tergelincir” melakukan hal yang menguntungkan mereka sendiri dan bersifat jangka pendek? Benarkah pertanyaan itu?
Pertanyaan yang seperti meragukan orang miskin ini mungkin tidak patut dipertanyakan kepada orang miskin di
Pemerintah
Dijamin, meski orang miskin mempunyai usaha yang berpotensi di masa akan datang, mereka tentunya akan segera tercoret akibat berbagai kriteria tadi. Orang miskin, lalu dianggap tak layak dilayani bank. Oleh karena itu tak mengherankan, rakyat miskin selalu tersingkir dan semakin tersingkir.
Menggambarkan situasi yang ada, ilustrasi dari CGAP (Consultative Group to Assist the Poorest) dari Bank Dunia sangatlah tepat. Water, water everywhere but no drop for a drink, artinya meski uang (capital) begitu banyak (di bank), namun tak mampu dijangkau orang miskin. Teriris benar hati ini bila tiba-tiba mengingat situasi
Realitas rakyat miskin seperti di
Melalui proses tersebut di atas, hal yang impossible menjadi possible. Setelah mendapat pelayanan keuangan, berbagai usaha rakyat miskin yang kecil-kecil namun massif menjadi berkembang. Grameen Bank yang mulai merintis pelayanan keuangan pada rakyat miskin itu, terutama kepada para perempuan miskin, kini kliennya mencapai 3,2 juta keluarga miskin. Dari penelitian yang dilakukan, dilaporkan 42% keluarga yang dilayani telah keluar dari kemiskinan (2001).
Akibat pengalaman keberhasilan dalam pelayanan keuangan pada rakyat miskin itu,
Keberhasilan
Tentu apa yang didapatkan Profesor Yunus tidaklah datang dari langit begitu saja. Beliau terjun ke bawah, terlibat dan mencoba memahami karakteristik masyarakat. Melalui action research, tokoh intelektual tersebut lalu merumuskan konsep-konsep pengembangan masyarakat. Tak sampai di situ saja, beliau juga meyakinkan pihak pemerintah, lembaga keuangan, dan lembaga (donor) internasional.
Usaha dari Profesor Yunus tidaklah sia-sia, lalu berdirilah Grameen Bank. Lembaga keuangan tersebut khusus melayani rakyat miskin (perempuan) dan sangat terkenal di dunia. Bahkan, akhirnya didirikan pula semacam wholesale fund yang dinamakan Grameen Trust, untuk mendukung Grameen Bank di seluruh dunia. Hingga kini 113 organisasi di berbagai negara telah didukung, total pinjaman yang diberikan untuk masyarakat miskin, telah mencapai US $ 374 juta (Rp 3,2 trilyun).
Kepercayaan Pemerintah kepada perempuan
Titik tolak yang menjadi paradigma berpikir pelayanan keuangan kepada perempuan miskin di
Dari pengalaman di
Perbincangan Kecil
Beberapa waktu lalu saya ketemu dengan seorang teman lama. Kami berbincang tentang berbagai macam hal, sebelum kemudian sampai pada topik yang bernama 'endometriosis'.
Tanpa kuminta, ia kemudian bercerita panjang-lebar tentang pengalaman pribadinya tentang bawaan menyebalkan yang satu itu. Aku sendiri sempat kaget. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa ia yang selama ini kuanggap sebagai perempuan yang 'baik-baik' saja itu ternyata mengidap salah satu kelainan yang pada dasarnya menjadi kelainan banyak perempuan usia subur di muka bumi ini plus berbagai macam ekses yang ditimbulkannya.
Maka kamipun berbincang tentang kelainan hormonal tersebut. Perbincangan lebih fokus pada bagaimana membuat banyak orang lebih mengenal bawaan tersebut dan mampu melakukan tindakan-tindakan minimal yang mampu menekan berbagai macam ekses yang ditimbulkannya. Karena, konon, bawaan tersebut telah membuat tidak sedikit perempuan di berbagai belahan bumi diperlakukan secara tidak adil bahkan kejam tanpa sempat melakukan pembelaan.
Perbincangan sempat mentok pada tidak cukup adanya sumberdaya yang memungkinkan kami bisa melakukan tindakan seminimal apapun. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana membuat blog ini bisa lebih manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Adakah sampeyan memiliki gagasan yang bisa membantu kami (dan tentu saja perempuan pengidap kelainan hormonal itu di manapun mereka berada)?
Selasa, 10 Juni 2008
media-indonesia-online kista
Tidak Semua Kista Ganggu Kesuburan Wanita "Kista merupakan neoplasma atau pertumbuhan sel baru yang liar. Kista bisa dikatakan berisiko jika neoplasmanya ganas dan bisa mengakibatkan kanker ovarium," kata spesialis kebidanan dan kandungan dr Indra Anwar kepada Media di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut Indra, seseorang bisa saja hamil dengan kista. Lagi pula ovarium seorang perempuan ada sepasang. Jika salah satunya terganggu dan tidak berfungsi, masih ada satu lagi sehingga kehamilan masih dapat terjadi. "Jadi, kista berukuran besar dapat mengganggu kehamilan, bukan kesuburannya," kata dokter dari Rumah Sakit Bunda Jakarta ini lagi. Lebih lanjut, Indra menjelaskan kista yang memiliki diameter lebih dari 5 cm dapat melintir pada saat terjadi kehamilan. Akibatnya, kista pecah dan menimbulkan nyeri sangat hebat. Bila hal itu terjadi, lanjutnya, dapat menjadi nekrotik dan bisa mengakibatkan emboli hingga kematian. Itulah sebabnya kista berukuran besar harus diangkat agar tidak mengganggu dan dapat didiagnosis secara petologi. Dengan diagnosis dapat diketahui apakah kista itu jinak atau ganas. Jenis kista Indra menjelaskan, kista berupa selaput. Ada yang berisi cairan kental, dan bukan kental, yaitu dermoid. Kista dermoid berasal dari elemen ektodermal sehingga sel-selnya mirip kulit, yaitu sel epitel gepeng, tampak pula folikel rambut, kelenjar keringat, kadang-kadang elemen tulang. Potensi kista dermoid menjadi ganas relatif kecil, cuma sekitar 1-3%. Namun, lanjutnya, penyakit yang mengganggu kesuburan dan sering disalahartikan sebagai kista adalah endometriosis. Endometriosis memang ada yang berbentuk kista, karena itu sering disebut kista. Padahal, kista merupakan neoplasma, sementara endometriosis berupa kelenjar dinding rahim yang abnormal dan tumbuh di luar rahim. "Umumnya endometriosis memengaruhi kesuburan seorang wanita dan dapat berbentuk kista di indung telur," tutur Indra. Kista endometriosis mengganggu kesuburan karena secara mekanik dapat mengakibatkan perlengketan-perlengketan. Adanya perlengketan menyebabkan proses ovum pick-up (lepasnya sel telur yang telah matang), sehingga sulit ditangkap fimbriea (ujung tuba fallopi). Akibatnya, pembuahan sulit terjadi. Selain itu, kata Indra, adanya kista endometriosis. Secara imunologis kesuburan juga terhambat, karena timbulnya reaksi-reaksi kekebalan mengganggu fungsi sel telur, sperma, dan embrio secara alami. ''Jika dibiarkan, endometriosis akan semakin berat dan umumnya perempuan susah hamil. Dari survei, 40% perempuan yang sulit hamil diketahui memiliki endometriosis pada rahimnya.'' Untuk itu, lanjutnya, diperlukan operasi dengan cara laparoskopi. Setelah dilakukan operasi, 70% perempuan dengan endometriosis ringan (stadium 1 dan 2) dapat kembali hamil secara normal. Sebaliknya endometriosis berat (stadium 3 dan 4) akan sulit untuk hamil secara alami meskipun telah diobati, kecuali dengan cara inseminasi buatan atau bayi tabung. Meskipun kista tidak mengganggu kesuburan, Indra menganjurkan untuk selalu melakukan deteksi dini berupa pemeriksaan ultrasonografi (USG). Karena, ada kemungkinan kista tersebut neoplasma ganas dan bisa mengakibatkan kanker ovarium. Seperti diketahui, kanker ovarium merupakan kanker nomor tiga penyebab kematian perempuan Indonesia setelah kanker payudara dan kanker mulut rahim. Tetapi kista endometriosis, kata Indra lagi, dapat mengganggu kehidupan seksual karena akan timbul rasa nyeri pada saat melakukan hubungan seksual. (CR-48/H-1) |
Minggu, 01 Juni 2008
PUSAT RISET ENDOMETRIOSIS
THE ENDOMETRIOSIS RESEARCH CENTER The ERC is a 501(c)3 tax-exempt, tax-deductible organization that operates from contributions generously donated by individuals, corporations and foundations that share our goals of making a positive difference in the lives of those with the disease, and ultimately, of finding a cure. The ERC does not accept funding from the makers of Lupron, Zoladex or Synarel, as we feel such funding presents a conflict of interest. Furthermore, unlike similar women’s health organizations, we are unique in that we do not have a membership fee, and there is never a cost to participate in or benefit from the ERC’s education and support programs. We are an international organization, with headquarters in beautiful South Florida, USA. We are pleased to have a virtual network of staff and volunteers from around the world who help implement our programs in both the online and local communities on a global basis. Founded by Executive Director Michelle E. Marvel in early 1997, the ERC strives to improve the quality of life for women and girls with Endometriosis through our extensive programs and outreach efforts. We are pleased to maintain and offer a vast database of unbiased and accurate materials, educational sheets, videos, newsletters and articles on every aspect of Endometriosis to practitioners, patients and all those interested in the disease. In addition, the ERC works with legislators and government officials to facilitate proper funding for Endometriosis research; assists medical industry leaders with developmental studies and data collection on the disease; lobbies the National Institutes of Health and similar foundations in support of various research grants; attends and presents at health fairs, medical symposiums and similar events; maintains one of the world’s most extensive Endometriosis patient registries; and so much more. We are actively involved in ongoing disease research, ranging from recruitment for clinical trials on proprietary new treatments to participation in genetic research studies for various biotech companies focused on the discovery of novel therapeutics and diagnostics to address significant unmet medical needs in Endometriosis. We were also involved in the A-Fem Medical pilot study conducted to validate the world’s first self-collection kit and testing method to attempt to provide a screening system for Endometriosis. The preliminary results were promising, particularly for undiagnosed women and adolescents, and this novel work has now become an area of focus for the global biotech community. Our organization also performed a recent product focus study involving a unique, all-natural topical product designed specifically for menstrual cramping. The ERC also conducted a study of medical professionals in collaboration with Agile Therapeutics, using data collection and analysis to determine the formation of a birth control patch compound. Other collaborations include Amgen Praecis Corporation; Neurocrine Bioscience; the International OxeGENE Study Group; the National Women’s Health Information Center; The Office on Women’s Health/U.S. Department of Health & Human Services; Helica TC Corporation; Zonagen Corporation; and many more. The ERC also investigates controversial issues in Endometriosis research to ensure that all facets of the disease are adequately addressed; in some instances, even publicly challenging popular study conclusions. For example, we refuted Yale University’s “Sexual Activity, Orgasm & Tampon Use are Associated with a Decreased Risk of Endometriosis” report in the Journal of Gynecologic & Obstetric Investigation, citing extensive evidence as to why this theory was flawed; more recently, we publicly confronted an “Expert Panel Consensus Report” in the Journal of Fertility & Sterility advocating the use of pre-diagnostic GnRH drugs. Our position on these matters can be viewed online at http://endocenter.org/endostudy.htm and http://endocenter.org/pdf/PreDiagnosisGnRH.pdf, respectively. Currently, we are conducting our own research concerning the potential risks associated with Menstrual Cups devices and Endometriosis in association with renowned Reproductive Toxicologist, Dr. Armand Lione. Dr. Lione is the President of Associated Pharmacologists & Toxicologists in Washington, DC, the author of the prestigious ReproTox database, and an Official with the Reproductive Toxicology Center in Bethesda, MD. In addition to our research facilitation and patient education programs, we also offer a vast support network for those with the disease and their loved ones. The ERC is pleased to host over 50 active, in-person support groups worldwide, and is the owner of the Internet’s largest electronic Endometriosis support group, currently with over 3,000 participants from around the globe. Access to location-specific listservs is also available, which are hosted by ERC support group leaders. For male partners of women with Endo, we recommend John Blondin’s group for men only, MENDO, located online at: http://groups.yahoo.com/group/mendomen/. The ERC also offers access to a special interest group, Endometriosis & the Military, for Military personnel and dependents, located at http://groups.msn.com/EndometriosisandtheMilitary run by ERC Volunteer Marina Gleason. In addition, until recently, we were the first and only Endometriosis organization to formally recognize and support the unique needs and perspectives of the lesbian woman with Endometriosis. Even in this age of medical advances, Endometriosis remains a conundrum to patients and practitioners alike. The disease can only be diagnosed definitively through invasive surgery, and there is no absolute cure. The average delay in diagnosis is a staggering 9 years, and a patient may seek the counsel of 4 or more physicians before her pain is addressed. Though Endometriosis is one of the most prevalent illnesses affecting our society today, disease research continues to remain significantly under-funded. In fiscal year 2000, the National Institutes of Health planned to spend $16.5 billion on research. Of that funding, only $2.7 million was earmarked for Endometriosis; amounting to approximately 40 cents per patient, in stark contrast to other illnesses such as Alzheimer’s Disease and Lupus, which received approximately $105 and $30 per patient, respectively. The ERC strives to improve the public focus on Endometriosis, and provides extensive materials, fact sheets, videos, newsletters and articles on every aspect of Endometriosis to practitioners, patients and all those interested in the disease. Our organization raises awareness about Endometriosis throughout the medical and lay communities, works with Government officials to facilitate proper funding for Endometriosis research, and assists medical industry leaders with developmental studies and data collection. The ERC is also pleased to host over 50 support groups worldwide and is the owner of the Internet’s largest electronic Endometriosis support group, currently with nearly 3,000 participants. In 2000, the ERC organized and implemented a unique and groundbreaking opportunity for world-wide education and awareness regarding Endometriosis. World-opinion leaders on the disease brought forth the most current research and information on Endometriosis at this one-day Symposium entitled, Endometriosis 2000. The first of its kind, the Endometriosis 2000 Symposium was filmed and later broadcast on the internet so individuals unable to attend had the opportunity to watch the program right from their own home. Furthermore, VHS copies were also made available. Due to the overwhelming success of Endometriosis 2000, the ERC implemented Endometriosis 2001 a year later, which followed the same format as the original symposium. Without the ERC’s co-presenter, Amgen Praecis, neither Symposium would have been as successful. Amgen Praecis supported the ERC’s education program with unrestricted grants in 2000 and 2001. Developers of the new, investigational medication, Abarelix, Amgen Praecis completed the FASTER (First Abarelix-Depot Study for Treating Endometriosis Pain Rapidly) Study. The Study involved nearly 400 patients in multi-site, blinded trials to determine whether the medication is safe and capable of relieving pain associated with Endometriosis faster and with fewer side effects than current therapies. Additionally, the ERC works with GBI Marketing bi-annually (spring and autumn) to host international Yankee Candle fundraisers. Through the ERC's volunteers, we have raised thousands of dollars annually through this fundraiser. In October 2001, we participated in an event known as The Shopping Benefit, sponsored by Bloomingdale's Department Store. This annual fundraising event is held throughout South Florida at each Bloomingdale's retail location (Miami, Aventura, Boca Raton & West Palm Beach). The ERC was successful in its efforts, and plans to continue participating each year. In addition to South Florida, Bloomingdale's holds this event in local communities throughout the United States where the company has retail locations. It is the ERC's goal to have volunteers living in these areas to also coordinate and participate in this fun fundraising event. Our organization also reaps fiscal benefits from member support of our online store, located at http://www.cafepress.com/ERC. The ERC’s online store allows interested parties to support the ERC and our efforts by purchasing various Endometriosis awareness items. We are also pleased by the support of many various fundraisers held by our members and supporters throughout the year, all of whom designate the ERC as their recipient charity of choice. To assist us with our awareness goals, the ERC has developed an Awareness Campaign that includes branded awareness products, including t-shirts, water bottles, license plate frames and more. Public knowledge about our organization and Endometriosis is very important, and is accomplished through the ERC’s ongoing efforts, including offering awareness items, press releases, feature stories, internet, speaking engagements, word of mouth, advertising and more. The ERC is also the premier awareness organization where legislative efforts are concerned. We raise awareness and provide education about Endometriosis not only throughout patient and medical communities through our free Symposiums, meetings and materials, but on State and Federal levels as well. For example, in late 2000, we testified before the California State Legislature at the invitation of Assemblyman Dennis Cardoza on behalf of Assembly Bill 2820, a crucial health bill calling for independent research into the presence of dioxins in feminine hygiene products and the subsequent risks these toxins pose to women and their children. AB 2820 was approved by majority vote and passed on to the Senate Committee on Health & Human Services. Our organization has also been very successful over the years in working with concerned legislators and policymakers to establish Resolutions formally recognizing the need for disease awareness throughout society. To that end, the states of New York, Colorado, Florida, Michigan, California and Pennsylvania have all passed Resolutions officially recognizing the Month of March as "Endometriosis Awareness Month." Our most gratifying success, however, came in late October 2002 when Congress unanimously passed our Country's first-ever National legislation, House Concurrent Resolution 291. Introduced on behalf of the ERC by Congressman Howard "Buck" McKeon and supported by numerous Co-sponsors, H.Con.Res.291 formally proclaimed March as National Endometriosis Awareness Month. H.Con.Res.291 also expresses the sense of the United States Congress that it "strongly supports the ERC's efforts to raise public awareness of Endometriosis throughout the medical and lay communities and recognizes the need for better support of patients with Endometriosis, the need for physicians to better understand the disease, the need for more effective treatments, and ultimately, the need for a cure." The Endometriosis Research Center is open to all those concerned with Endometriosis: medical professionals, researchers, women of all ages with Endometriosis, and anyone interested in the disease. Help us make a difference by making a donation to the ERC today. Together, we can find the cure so that our daughters will not suffer as we have. Help us make a difference and join the ERC today for free. Together, we can find the cure so that our daughters will not suffer as we have. |
ENDOMETRIOSIS ASSOCIATION
The Endometriosis Association The Endometriosis Association was the first organization in the world created for those with endometriosis. As an independent self-help organization of women with endometriosis, doctors, and others interested in the disease, it is a recognized authority in its field whose goal is to work toward finding a cure for the disease as well as providing education, support, and research. Founded in Milwaukee, Wisconsin in 1980 by Mary Lou Ballweg and Carolyn Keith, it is now a worldwide, independent organization. It has grown to such an extent that it now has a network of chapters, groups, sponsors, and women with endometriosis in 66 countries throughout the world. Information is available in 28 different languages. Since its creation, the Endometriosis Association has achieved many goals, one being the undertaking of massive educational projects involving mailings to every gynecologist, hospital, and college health service in the US and Canada. It has also published two books: Overcoming Endometriosis and The Endometriosis Sourcebook. A wide range of literature, fact sheets, videotapes and audiotapes can also be obtained through the Association. Operating as a non-profit organization, the Association aims to establish funds to enable more research into the causes of endometriosis. As part of its research program, the Association has established a special program at Dartmouth Medical School and has funded and assisted a number of researchers in various parts of the world. It also maintains a large data research registry and continues work on the relationship between dioxin and endometriosis, a relationship the Association discovered. The Association has recently teamed up with the prestigious Vanderbilt University School of Medicine to create a dedicated research facility to address the mechanisms responsible for causing endometriosis. Among other research projects supported by the Association are a study of the dioxin-exposed young women in Seveso, Italy; publicity and help obtaining patients and families for a genetic study at Oxford University, England; support for research on a non-invasive diagnostic technique by a U.S. researcher; and small grants and tissue samples for a number of researchers studying dioxin and related toxins and endometriosis. For further information, contact:Mary Lou Ballweg,President/Executive Director,International Headquarters,8585 N. 76th Place,Milwaukee, Wisconsin 53223, USA(For a free packet of information call 1-800-992-3636.)Tel: (414) 355-2200/ Fax: (414) 355-6065 |
ENDOMETRIOSIS jhr
Daging Dapat Timbulkan Endometriosis Wanita yang mengkonsumsi daging merah lebih dari tujuh kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko untuk menderita endometriosis. Dan wanita yang mengkonsumsi daging setiap hari akan dua kali lipat lebih besar kemungkinannya menderita endometriosis dibanding dengan wanita yang mengkonsumsi hanya sedikit daging dan lebih banyak makan sayuran dan buah-buahan. Penelitian ini dilakukan di Italia, dengan melakukan interview terhadap 500 wanita yang menderita endometriosis dan 500 wanita sehat, dengan usia dan latar belakang yang sama. Para wanita ini diberi pertanyaan-pertanyaan mengenai makanan yang mereka konsumsi tahun lalu, termasuk juga berapa sering dan berapa banyak mereka mengkonsumsi daging, susu, hati, wortel, sayuran hijau, buah-buahan segar, telur, daging ham, ikan dan keju, juga termasuk berapa banyak konsumsi alkohol dan kafein. Semua jenis makanan ini dilihat porsi yang mereka makan dari tiap jenis makanan tersebut setiap minggunya dan masuk dalam kategori jumlah rendah, sedang atau tinggi. Ternyata wanita yang mengkonsumsi daging dengan kategori jumlah terbanyak (daging sapi, daging merah lainnya dan daging ham), meningkat risikonya 80 hingga 100% untuk menderita endometriosis. Dibanding dengan wanita yang mengkonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar, risiko untuk menderita endometriosis hanya sekitar 40%. Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada dalam rahim, dapat ditemukan di bagian lain dalam tubuh. Keadaan ini menimbulkan rasa nyeri, terutama pada saat haid dan dapat menyebabkan infertilitas (mandul). Endometriosis adalah penyakit yang berkaitan dengan hormon estrogen dalam darah. Makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti kacang kedelai, sayuran hijau dan kacang-kacangan, dapat menurungkan tingkat sirkulasi dari estrogen dalam darah dan tampaknya akan melindungi kita dari penyakit-penyakit seperti endometriosis dan kanker indung telur. Sedang makanan yang tinggi akan lemak jenuh akan meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah. Sumber:Jurnal Human Reproduction |
ENDOMETRIOSIS antara
Banyak Perempuan Menderita Endometriosis Hamburg (ANTARA News) - Banyak perempuan yang harus berjuang menahan sakit perut hebat ketika masa-masa menstruasi mendatangi mereka. Bahkan banyak dari perempuan itu yang tidak bisa beraktivitas sama sekali dan membutuhkan obat penghilang rasa sakit agar bisa melewati satu hari itu. Rasa sakit yang diderita setiap bulan itu sebenarnya tidak normal dan mengandung endometriosis atau salah satu penyakit gineakolog paling umum bagi para perempuan. Penyakit tersebut membuat jaringan endometrial mengendap pada organ di luar rahim seperti ovarium, "tube fallopi", atau di mana saja sekitar perut.Jaringan endometrial yang tidak berada pada tempatnya itu mulai menyebar dan bereaksi seperti jaringan endometrial lainnya, yaitu berdarah ketika siklus bulanan perempuan. Banyak kasus endometriosis ini terjadi pada perempuan berusia 26 tahun dan juga pada perempuan berusia 35 tahun. Penyakit itu sebenarnya tidak terlalu berbahaya, tetapi ia memiliki karakteristik seperti tumor yang akan terus tumbuh, kata Andreas Ebert, seorang profesor pada Universitas Humboldt di Berlin Jerman, seperti dikutip dpa. Endometriosis dapat menyebabkan kemandulan. Hal itu terjadi karena jaringan serta darah yang mengalir pada organ itu menghalangi terjadinya kehamilan kata Christan Albring, Presiden dari Asosiasi Federal Gineakologis Jerman yang berpusat di Hannover. Gejala umum lainnya yang diderita oleh para perempuan yang menderita endometriosis adalah rasa sakit tidak normal ketika sedang berhubungan badan. Katrein Hoffman dari Asosiasi Endometriosis Jerman yang berpusat di Leipzig mengatakan sangat penting bagi perempuan yang merasa sakit ketika sedang berhubungan badan harus segera pergi ke dokter untuk memberikan deskripsi yang jelas kepada dokter tentang letak rasa sakit dan seberapa sering ia mengalami itu. "Banyak perempuan yang tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaan mereka," kata Hoffmann. Sangat penting bagi kita, lanjutnya, untuk mengembangkan kesadaran di masyarakat mengenai penyakit itu. Para perempuan dapat melakukan diskusi secara menyeluruh dengan dokter atau praktisi kesehatan mengenai penyakit endometriosis itu. Penyelidikan lebih lanjut termasuk ultrasound serta penelitian pada area pelvic untuk merasakan adanya adhesi juga amat dibutuhkan. Walaupun begitu hanya "laparoscopy" yang dapat membuktikan adanya kehadiran dari endometriosis. Adhesi dapat dihilangkan saat proses penyelidikan itu dan si pasien harus dalam fase pembiusan. Rata-rata endometriosis dapat tidak terdeteksi selama enam atau delapan tahun. Di jerman ada 30 ribu kasus baru tiap tahunnya. Para pasien di awal pengobatannya harus memutuskan apakah akan diobati untuk kemandulan atau rasa sakitnya, kata Ebert. Pada kedua kasus itu fase yang harus dilakukan adalah menghilangkan adhesi itu. Hormon akan diberikan kepada perempuan yang memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya dan biasanya mereka mendapatkan hasil yang positf, kata Albring. Berbagai pil serta obat-obatan lainnya yang diberikan sebelum siklus bulanan dapat membantu penyembuhan. Perempuan yang ingin memiliki anak akan akan dirawat dengan cara berbeda. Mereka akan diberikan hormon yang dapat mengubah secara artifisial tubuh mereka ketika proses pembakaran adhesi tadi terjadi, kata Albring. Setelah enam bulan perawatan hormon itu berakhir maka tubuh akan berfungsi secara normal kembali. Pekerjaan Hoffman termasuk pada meningkatkan kesadaran para perempuan yang menderita endometriosis. Ia pernah menderita endometriosis selama bertahun-tahun. "Tidak ada yang menanggapimu dengan serius, semua orang akan menganggap kita berpura-pura sakit," kata Hoffman menggambarkan berbagai pengalaman yang umumnya dihadapi para perempuan penderita endometriosis secara sosial. Organisasi yang dipimpin oleh Hoffman itu menawarkan pembicaraan secara berkelompok melalui telepon dimana mereka dapat berbagi pengalaman dan saling menguatkan diri mereka masing-masing untuk melawan penyakit itu. "Kita tidak ingin mendramatisir penyakit ini, kita hanya ingin membuat masyarakat lebih menyadarinya," kata Hoffman.(*) |
ENDOMETRIOSIS gatra
Sulit Hamil Akibat Nyeri Haid Endometriosis Dapat Diobati GATRA.com - Dokter spesialis kandungan, dr Aswin W. Sastrowardoyo,SpOG mengatakan, nyeri haid yang menyertai menstruasi akibat kelainan endometriosis yang dapat menyebabkan kesulitan hamil dapat disembuhkan dengan `laparoskopi` atau operasi menggunakan teropong dan pembakaran `kauter` atau listrik.Aswin di Samarinda, Selasa mengatakan, nyeri seperti tusukan pada perut yang dirasakan wanita sebelum dan setelah masa menstruasi berlangsung, terjadi akibat letak lapisan endometriosis atau lapisan haid yang seharusnya berada di dinding terdalam rahim berada di luar rahim."Endometriosis yang seharusnya berada di dinding rahim justru berada di tempat yang salah, yaitu pada otot rahim, indung telur, dinding panggul, bahkan lebih jauh lagi bisa mencapai paru-paru dan otak," katanya.Ia menjelaskan, pada saat menstruasi, lapisan endometriosis di rahim akan ke luar menjadi darah, kelenjar dan pembuluh darah atau disebut darah kotor, demikian juga endometriosis yang berada di tempat yang salah.Endometriosis yang berada di rahim, lanjutnya, dapat dikeluarkan langsung dari rahim, sedangkan darah, kelenjar dan pembuluh darah yang dikeluarkan oleh endometriosis di luar rahim, misalnya di indung telur, akan menyebabkan darah mengumpul di tempat yang salah, bahkan membentuk benjolan berisi cairan darah haid atau `kista coklat`.Ia mencontohkan, darah haid yang dikeluarkan endometriosis yang terdapat di paru-paru menyebabkan batuk disertai darah, di otak menyebabkan sakit kepala, di usus menyebabkan darah ke luar bersama kotoran sisa makanan dan endometriosis di otak menyebabkan pasien akan sering mengalami sakit kepala.Aswin mengatakan, tubuh akan merespon darah haid tersebut sebagai zat asing dan membentuk antibodi yang terdiri atas sel darah putih untuk memerangi dan melindungi tubuh dari zat asing yang direspon sebagai kuman tersebut.Akibatnya, tambahnya, akan terjadi pelengketan kuat, terjadi bercak coklat akibat darah haid, bahkan akan terbentuk kista coklat pada indung telur yang dapat menyebabkan saluran telur buntu sehingga sperma tidak bisa masuk.Laparotomi"Selain `laparoskopi` dengan membakar mengunakan listrik atau mengangkat kista coklat, cara lain yang dapat dilakukan untuk membuang selaput akibat pelengketan sel darah putih ke indung telur atau menghilangkan kista coklat adalah `laparotomi` atau operasi dengan pembedahan di perut," kata dr Aswin.Guna mengantisipasi tumbuhnya endometriosis di tempat yang salah, katanya, setelah operasi, dokter akan merekomdasikan sejumlah obat berupa pil atau tablet untuk dikonsumsi dan obat berupa cairan yang harus disuntikkan yang diberikan selama tiga sampai enam bulan.Ia menambahkan, selama masa pengobatan tersebut pasien jangan panik karena masa haid pasien akan berkurang bahkan berhenti.Sering ditemukanMenurut dr Aswin, kasus nyeri haid endometriosis sudah ada sejak dulu, namun saat ini kasus tersebut lebih sering ditemukan. Angka kejadian sulit dipastikan karena awalnya penyakit ini terjadi tanpa gejala atau umumnya pasien mengira nyeri haid yang dialaminya adalah sesuatu yang wajar."Mungkin kencederungan menunda kelahiran atau gaya hidup yang semakin modern justru menyebabkan kasus nyeri haid endometriosis sering ditemukan," katanya.Dengan adanya kehamilan, katanya, wanita tidak mengalami masa menstruasi karena pada rahim tidak terbentuk endometriosis sehingga kasus tersebut dapat berkurang bahkan hilang.Dikemukakan, keluarga yang memiliki bakat endometriosis kemungkinan besar akan terjadi pada anak perempuan generasi berikutnya."Sedangkan endometriosis yang menyerang salah seorang anak `kembar indung telur` atau memiliki wajah sama persis, maka saudara kembarnya yang lain akan mengalami kemungkinan terserang gejala yang sama sekitar 75 persen," demikian dr Aswin. |
ENDOMETRIOSIS wikipedia
ENDOMETRIOSIS Endometriosis is a common medical condition characterized by growth beyond or outside the uterus of tissue resembling endometrium, the tissue that normally lines the uterus. Affecting an estimated 89 million women of reproductive age (those who have yet to become pregnant) around the world, endometriosis occurs in one in every five females.[1][citation needed] However, endometriosis can occur very rarely in postmenopausal women.[1] An estimated 2%-4% of endometriosis cases are diagnosed in the postmenopausal period. In endometriosis, the endometrium (from endo, "inside", and metra, "womb") is found to be growing outside the uterus, most commonly in the pelvis. References |